Senin, 15 Juni 2015

Pupuh

Pupuh merupakan karya sastra berbentuk puisi yang termasuk bagian dari sastra Sunda. Pupuh terikat oleh aturan (patokan) pupuh, berupa watek, guru wilangan, dan guru lagu. Watek adalah karakteristik isi pupuh. Guru wilangan adalah jumlah sukukata (engang) tiap larik/baris (padalisan). Sedangkan guru lagu adalah bunyi vokal akhir (sora panungtung) tiap padalisan. 
Terdapat 17 jenis puluh yang terbagi kedalam dua kategori, yaitu:  sekar ageung (4 jenis pupuh) dan sekar alit (13 jenis pupuh).Pupuh sekar ageung dapat dinyanyikan (ditembangkeun) dengan menggunakan lebih dari satu jenis lagu, sedangkan pupuh sekar alit hanya bisa dinyanyikan dengan satu jenis lagu.
Setiap pada (bait) ke-17 jenis memiliki jumlah padalisan yang berbeda, begitu pun dengan patokan pupuh berupa guru wilanganguru lagu, dan watek-nya pun berbeda. Di bawah selengkapnya bisa dilihat perbedaannya:



Sekar Ageung

1. Kinanti 

Watek:
Menggambarkan perasaan sedang menanti (nungguan), khawatir (deudeupeun), atau rasa sayang (kanyaah).
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
8-u, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i



2. Sinom 

Watek:

Menggambarkan rasa gembira (gumbira) atau rasa sayang (kadeudeuh).
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 7-i, 8-u, 7-a, 8-i, 12-a



3. Asmarandana

Watek:

Menggambarkan rasa asmara (kabirahian), cinta kasih (deudeuh asih), atau rasa sayang (nyaah).
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
8-i, 8-a, 8-é/o, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a



4. Dangdanggula

Watek:

Menggambarkan rasa kedamaian (katengtreman), keindahan (kawaasan), keagungan (kaagungan), atau kegembiraan (kagumbiraan).
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
10-i, 10-a, 8-é/o, 7-u, 9-i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, 7-a




Sekar Alit

5. Pucung

Watek:
Menggambarkan rasa marah (ambek) terhadap diri sendiri, atau benci (keuheul) karena tidak setuju hati.
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
12-u, 6-a, 8-é/o, 12-a



6. Wirangrong

Watek:

Menggambarkan rasa malu (kawiwirangan), malu oleh perilaku sendiri.
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
8-i, 8-o, 8-u, 8-i, 8-a, 8-a



7. Maskumambang

Watek:

Menggambarkan rasa kesedihan (kanalangsaan), sedih dengan sakit hati.
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
12-i, 6-a, 8-i, 8a



8. Ladrang

Watek:

Menggambarkan rasa lelucon (banyol) dengan maksud menyindir (nyindiran)
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
10-i, 4-a (2x), 8-i, 12-a



9. Balakbak

Watek:

Menggambarkan lelucon (heureuy) atau komedi (banyol).
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
15-é, 15é, 8-o, 15-é



10. Magatru

Watek:

Menggambarkan rasa sedih, penyesalan (handeueul) oleh perilaku sendiri, atau menasehati (mapatahan).
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
12-u, 8-i, 8-u, 8-i, 8-o



11. Lambang

Watek:

Menggambarkan rasa lelucon (banyol) tetapi banyol yang mengandung hal yang harus dipikirkan.
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
8-a, 8-a, 8-a, 8-a



12. Jurudemung

Watek:

Menggambarkan rasa bingung, susah dengan apa yang harus dilakukan (pilakueun).
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
8-a, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i



13. Gurisa

Watek:

Menggambarkan orang yang sedang melamun (ngalamun) atau melamun kosong (malaweung)
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a, 8-a



14. Gambuh

Watek:

Menggambarkan rasa sedih (kasedih), susah (kasusah), atau sakit hati (kanyeri).
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
7-u, 10-u, 12-i, 8-u, 8-o



15. Mijil

Watek:

Menggambarkan rasa bersedih (kasedih) tetapi dengan penuh harapan.
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
10-i, 6-o, 10-é, 10-i, 6-i, 6-u



16. Pangkur

Watek:

Menggambarkan rasa marah (ambek) yang tersimpan dalam hati atau menghadapi tugas yang berat.
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
8-a, 11-i, 8-u, 7-a, 12-u, 8-a, 8-i



17. Durma

Watek:

Menggambarkan rasa marah (ambek), besar hati (gedé haté), atau semangat (sumanget)
Guru Wilangan dan Guru Lagu:
12-a, 7-i, 6-a, 7-a, 8-i, 5-a, 7-i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar